“Tidak Semua Warga Harus Vaksin, pihak Dinkes Bersedia Evaluasi”
Ngawi-Adanya fenomena grafik kesehatan masyarakat yang naik turun ditengah vaksinasi desa,tentunya ada dampaknya setelah vaksin itu diterapkan di desa. Akhir-akhir ini disetiap dusun atau desa ada kabar hampir 3-5 orang meninggal hampir bersamaan.terkait beberapa informasi yang akurat dapat diambil untuk dijadikan evaluasi menyeluruh pasca vaksin di desa atau pasar dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Contoh kegiatan vaksinasi dipasar Talok,Karangjati ada peserta yang mengalami sesak nafas pasca vaksin,selanjutnya kegiatan vaksinasi di desa Waruktengah,Pangkur warga Dusun Serenan/Tapen juga mengalami drop dan sesak nafas.”Waktu ditanya apakah punya penyakit bawaan?tidak,saat setelah ikut vaksin,drop,lalu sesak nafas,saudara saya memang ikut vaksin di pasar,sebelumnya sehat-sehat saja,setelah itu sakit dan drop,sesak nafas dalam dua hari terus meninggal”terang,Dwi Harsono,keluarga almarhum yang tak disebut namanya.23/7’21
Selain itu almarhumah Parmi dari keluarga Djuwariyah desa Pangkur,kecamatan Pangkur juga mengalami hal yang sama pasca ikut vaksin di desanya,ketika dikonfirmasi awalnya sehat tak mempunyai gejala apapun,selang beberapa hari mengalami drop,sesak nafas.”besan saya itu ikut daftar vaksin di dusun Tapen,Waruktengah,sehat tak apa-apa lalu drop,mengalami sesak nafas belum mendapat perawatan maksimal lalu meninggal”,terang,Djuwariyah,keluarga almarhum.23/7’21
Sementara itu penjelasan dari fihak dinas kesehatan kabupaten Ngawi dr.Yudhono kepala Dinkes memastikan mengadakan evaluasi vaksinasi.melalui Ponselnya yang berlangsung 15 menit mengatakan pihaknya adakan evaluasi program vaksinasi dengan pengumpulan data.”bahwa cek data yang ikut vaksin belum 20%,vaksinasi itu kan untuk peningkatan”Humanity”atau imun masyarakat untuk kekebalan tubuh,yang dimasukkan kan virus mati,soal ada yang meninggal itu tak ada kaitannya,itu rahasia ilahi”,jelas,Yudhono.
Dr. Yudhono juga bersedia mengevaluasi menyeluruh kegiatan perkembangan program vaksin masyarakat.”ya,tentunya ada evaluasi,evaluasi tidak harus terbuka seperti diumumkan di pasar-pasar itu,yang pasti kami evaluasi,”tambahnya.
Dr. Yudhono juga menyakini bahwa yang meninggal sebelum vaksin dengan yang meninggal sesudah vaksin akan berbeda,Namun kepala dinas kesehatan tersebut soal data kematian pasca vaksin dan ketika belum vaksin,belum memberikan gambaran yang jelas.”bisa dicek data kematian pasca vaksin akan lebih sedikit daripada kematian sebelum vaksin”,ujarnya.
Pihaknya menegaskan bahwa tidak semua masyarakat itu perlu vaksin,mengingat tingkat keadaan kesehatan tidak sama,bahkan dinas kesehatan pernah menolak peserta vaksin yang kurang fit, minimal contoh: apabila suhu 38 derajat ditolaknya,dan alasan kondisi badan lainnya. Sementara itu dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),ketua DPRD kabupaten Ngawi Heru Kusnindar bersedia agar vaksinasi di evaluasi,melalui pesan singkat ketika dikonfirmasi memastikan program vaksin perlu dievaluasi.”itu pasti to..(evaluasi-red),progres report di Dinkes”,Jelasnya.(Rif./analisisjatim)